Jumat, 06 Maret 2015

Hasil Nilai Try Out I SD Negeri 2 Kepil


PEMDA WARNA.jpg
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SD NEGERI 2 KEPIL
Jln Purworejo Km. 24 Kepil, Kec. Kepil, Kab. Wonosobo
DAFTAR LATIHAN UJIAN TAHAP I
KELAS VI SD NEGERI 2 KEPIL  TAHUN PELAJARAN 2014/2015







NO NAMA NILAI UJIAN SEKOLAH JUMLAH RATA
B. Ind Mtk IPA RATA
1 ADELIA CITRA PRAMUDYA 9,40 9,50 8,00 26,90 8,97
2 WILDAN FATIH 8,80 9,25 8,50 26,55 8,85
3 KHOIRUL MUBAROK 7,60 9,50 7,50 24,60 8,20
4 YUNIA ARIFTA 7,80 8,00 8,00 23,80 7,93
5 HASNAN AHDIARRAHMAN 7,40 8,00 7,75 23,15 7,72
6 AHMAD GHOFUR 8,00 8,50 6,50 23,00 7,67
7 ANANDA AYU LESTARI 8,60 8,00 6,25 22,85 7,62
8 NURUL HIDAYAT 8,00 7,25 7,00 22,25 7,42
9 AHMAD WAHIDAN 7,40 7,00 6,75 21,15 7,05
10 MUKTIKOTUN NASIHAH 7,60 6,50 7,00 21,10 7,03
11 NAFISATUL HIKMAH 7,80 6,00 7,25 21,05 7,02
12 DAFFA KURNIA WIBAWA 7,60 6,75 6,25 20,60 6,87
13 MURTAFIF HASAN 7,60 7,00 5,75 20,35 6,78
14 ALBI FERDIANSYAH 7,80 6,25 6,25 20,30 6,77
15 ZURIAT WIRA FAHMI 7,40 5,25 7,00 19,65 6,55
16 MUHAMMAD NGATIK 8,00 5,50 6,00 19,50 6,50
17 WAHYU TRIANA 7,40 5,50 6,50 19,40 6,47
18 AHMAD NUR FAIZAL 6,60 5,25 7,50 19,35 6,45
19 SONI SETIAJI 7,40 5,25 6,50 19,15 6,38
20 DIWANGKORO EKA RESTU 6,40 6,25 6,50 19,15 6,38
21 CINDY AGUSTINA C 7,40 5,25 6,00 18,65 6,22
22 FITRI NITALIA 6,40 7,00 5,25 18,65 6,22
23 M.  KHOIRUL NIAM 7,20 5,00 6,00 18,20 6,07
24 RIZAL CHOIRUL ADHA 7,00 4,50 6,25 17,75 5,92
25 WAHYU WAHANA 5,60 6,25 5,75 17,60 5,87
26 ROKHIMAH 7,20 4,00 5,50 16,70 5,57
27 JAMIATUL CHOLIATUS  6,40 5,50 4,75 16,65 5,55
28 WAHYU ADI SETAWAN 5,60 5,50 5,50 16,60 5,53
29 AHMAD RIYAN 7,60 3,25 5,75 16,60 5,53
30 BAYU ERLANGGA 7,00 4,00 5,50 16,50 5,50
31 SELMA MEGANANDA 7,00 3,75 5,75 16,50 5,50
32 KIKI RIYANTO 6,60 3,75 6,00 16,35 5,45
33 DIWA DI SAPUTRA 7,00 3,00 5,75 15,75 5,25
34 HIDAYAT CHOIRUL M 6,20 3,75 5,75 15,70 5,23
35 RIZAL SURYA SETIAWAN 4,80 4,75 5,75 15,30 5,10
36 IBNU FAJAR 6,80 3,00 5,25 15,05 5,02
37 AHMAD SOFYAN 6,80 3,50 4,75 15,05 5,02
38 ADITIYA KURNIAWAN 6,40 4,25 4,25 14,90 4,97
39 IFON RIFADHON 5,20 3,75 4,00 12,95 4,32
40 AHMAD CHAERONI 3,80 4,25 4,25 12,30 4,10
  JUMLAH 282,60 228,50 246,50 757,60 252,53
  TERTINGGI 9,40 9,50 8,50 26,90 8,97
  TERENDAH 3,80 3,00 4,00 12,30 4,10
  RATA-RATA 7,07 5,71 6,16 18,94 6,31
  STANDAR DEVIASI 1,06 1,82 1,05 3,45 1,15








Mengetahui 

Guru Kelas VI

Kepala Sekolah













HARTONO, S.Pd

SIGIT ZUNIARDI, S.Pd.SD

NIP. 19580306 198201 1 009

NIP. 19810608 200312 1 003







TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  latar belakang

     Dalam meningkatkan kemampuan siswa guru mempunyai banyak strategi, metode dan implementasi pembelajaran yang dilakukan untuk Teori-teori belajar banyak diterapkan dalam pembelajaran untuk memberikan landasan kepada guru menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan keadaan yang ada. Teori belajar yang beragam tentu saja menjadikan guru perlu cermat dalam memilih teori pembelajaran yanga tepat dalam mengembangkan metode, strategi dan materi pembelajaran. Kesalahan dalam pemilihan penerapan teori pembelajaran menjadikan hasil yang diperoleh siswa dalam menyerap pembelajaran menjadi tidak maksimal.
Belajar adalah perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relatif permanen yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbahkan ke temporary body state (keadaan tubuh temporer) seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan. (BR Hergenhahn , 2008).
     Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Behavior merupakan perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman..

     Teori belajar yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran salah satunya adalah teori behavior. Teori behavior ternyata sampai saat ini masih diterapkan dalam pembelajaran modern, walaupun merupakan teori pembelajaran yang sudah lama ditemukan.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tidak terlepas dari penerapan pembelajaran yang berbasis behavior. Materi-materi pembelajaran disusun secara hirarki untuk dapat diberikan siswa secara bertahap dan terus-menerus. Karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang lebih dominan dalam penguasaan materi, menjadikan teori behavior mempengaruhi pengaruh untuk diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pemikiran tentang perlunya dipelajari tentang teori behavior dalam pembelajaran mendasari penulisan makalah ini.
    
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian teori belajar behavior itu ?
2. Bagaimana cirri-ciri teori belajar behavior ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar behavior ?
4. Bagaimana pendapat para tokoh/ahli teori belajar behavior ?
5. Bagaimana implikasi teori belajar behavior dalam pembelajaran IPS ?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1.          Mengetahui implikasi teori behaviorisme
2.          Menegetahui penerapan dalam teori behaviorisme
3.          Mengetahui tujuan pembelajaran teori behaviorisme
4.          Mengetahui teori – teori yang mendukung teori  Behaviorisme
5.    Memngetahhui sejauh mana implikasi teori belajar behavior dalam 
       pembelajaran IPS.
1.3 Manfaat
Adapaun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui implikasi pembelajaran dari teori behaviorisme, mengetahui penerapan dalam teori behaviorisme, dan untuk mempermudah kita dalam mengetahui pembelajaran serta teori – teori yang mendukung teori behaviorisme tersebut.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Behaviorisme
     Teori belajar Behavioristik adalah teori belajar yang lebih mementingkan pengaruh lingkungan dalam proses belajarnya. Selain itu teori belajar behavioristik juga lebih mengutamakan peranan reaksi. Hasil belajar teori behavioristik terbentuk secara sistematis dan dipengaruhi oleh pengalaman masalalu. Teori belajar Behavioristik lebih mementingkan pembentukan kebiasaan dan dalam memecahkan suatu masalah, teori ini menggunakan metode trial dan error.
   Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
      Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.

     Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran sepertiTeaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
     Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.

     Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Prinsip-prinsip teori behaviorisme
v  obyek psikologi adalah tingkah laku
v  semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
v  mementingkan pembentukan kebiasaan
     Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
2.2 Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik
Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat dipergunakan ciri-cirinya yakni :
1. mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)
2. mementingkan bagian-bagian (elentaristis)
3. mementingkan peranan reaksi (respon)
4. mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6. mementingkan pembentukan kebiasaan.
7. ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal’ atau trial   
    and error.

2.3 Kekurangan dan kelebihan teori belajar behavior
            a. Kekurangan/ kelemahan Teori belajar Behavior
1) Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
2) Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang  terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
3) Pelajar/siswa dianggap obyek yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan pengutan dari pendidik.
4) Dalam proses evaluasi belajar hanya dapat mengevaluasi pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingg hal-hal yang bersifat tidak diamati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
5)  Proses pembelajaran kurang memberikan ruang gerak bagi siswa untuk berkresi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemempuannya sendiri.

b. Kelebihan Teori Belajar Behavior
1) Tepat untuk proses pembelajaran psychomotor/ motorik
2)      Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Contoh :
 Percakapan bahasa asing,mengetik,menari,berenang,olahraga. Cocok diterapkakan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya
Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme
     Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

2.4 Pendapat Para  Tokoh/Ahli tentang teori Belajar Behavior Tentang  
      Belajar
2.4.1.Menurut pendapat Gage dan Berliner
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik.

2.4.2. Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

2.4.3. Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

2.4.4. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

2.4.5.Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

2.4.6.      Tori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

2.4.7.      Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Teori pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.
Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

Peranan Guru dan Siswa dalam Teori Behaviorisme
Pendapat aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan atau rei nforcement(penguatan).


2.5.      Implikasi Teori Belajar Behaviorisme
     Kurikulum berbasis filsafat behaviorisme tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional, terlebih lagi pada jenjang pendidikan usia dewasa. Tetapi behaviorisme dapat diterapkan untuk metode pembelajaran bagi anak yang belum dewasa. Karena hasil eksperimentasi bihavioristik cenderung mengesampingkan aspek-aspek potensial dan kemampuan manusia yang dilahirkan. Bahkan bihaviorisme cenderung menerapkan sistem pendidikan yang berpusat pada manusia baik sebagai subjek maupun objek pendidikan yang netral etik dan melupakan dimensi-dimensi spiritualitas sebagai fitrah manusia. Oleh karena itu behaviorisme cenderung antropomorfis skularistik.
     Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
      Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
     Implementasi teori belajar behavior pada pembelajaran IPS sangat kompleks peranan guru pada pembelajarn IPS untuk memberikan pemahaman, ketrampilan pada peserta didik untuk dapat membaca stimulus baik yang berupa gejala alam, gejala social maupun gejala politik sehingga siswa mampu memberikan respon yang positif dari stimulus-stimulus yang terjadi dilingkungannya sebagai hasil belajar.





























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
      Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori behviorisme dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

3.2 Saran
     Teori belajar behavior dengan konsep stimulus dan respon, reinforcement dan punishment sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Pemberian reinforcement /penguatan yang tepat akan menguatkan respon positif. Sebaliknya pemberian puniscement/hukuman akan melemahkan respons positif karenanya, disarankan kepada guru untuk tidak pelit member reinforcement/penguatan pada moment-moment stau situasi yang tepat, sehingga respon positif pada peserta didik semakin kuat.
            Disarankan kepada guru, penerapan teori behavior dalam pembelajaran tidak hanya mengembangkan aspek psikomotor saja tetapi juga harus memperhatikan aspek kognitif dan afektifnya   






























DAFTAR  PUSTAKA

Supratiknya, A. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius


Margaret E. Bell Gredler. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT. Raja Grasindo Persada.Jakarta.

Syamsu, Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: U MM Press

Twitter  Email Berbagi ke Twitter posting  30 Agustus 2012









MAKALAH
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK



PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
MAKALAH INI DDISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH TEORI PEMBELAJARAN IPS TERPADU
DOSEN PENGAMPU  DR. SALAMAH, M.Pd
                                             Disusun Oleh :
1.    Na m a                 : Abu Ngamar
     NIM                    : 12155140079
2.    Na m a                 : Mat Abrori
     NIM                    :
3.    Na m a                 : Syafdudin
     NIM                    :
4.    Na m a                 : Dwi Atmoko
    NIM                     :
                                                                 
2012