-->
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Soaial (IPS) merupakan
integrasi dari berbagai cabang disiplin ilmu sosial seperti misalnya : sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi/antropologi dan sebagainya. Disiplin ilmu tersebut
mempunyai keterpaduan yang tinggi karena geografi memberikan wawasan yang
berkenaan dengan wilayah-wilayah, sejarah memberikan wawasan tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, ekonomi memberikan wawasan
tentang berbagai macam kebutuhan manusia dan sosiologi/antropologi memberikan
wawasan yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur social dan
sebagainya
Untuk
mengetahui sejauhmana implementasi kurikulum KTSP IPS di tingkat sekolah dasar maka
perlu observasi atau pengamatan untuk pengumpulan data/fakta empiris sebagai
penguatan dalam analisa suatu sistem. Observasi adalah pengamatan langsung para
pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung
suatu kegiatan yang sedang berjalan.Oleh karena pembelajaran IPS Terpadu
merupakan gabungan antara berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, yang biasanya
terdiri atas beberapa mata pelajaran seperti Geografi Sosiologi/Antropologi,
Ekonomi, dan Sejarah, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah
melainkan menjadi satu kesatuan. implikasi guru yang mengajar di kelas harus
mampu menguasai dan mengintegrasikan seluruh ilmu-ilmu sosial tersebut melalui
teori-teori belajar. Aplikasi teori-teori belajar bertujuan untuk mencapai
keberhasilan, efektivitas, dan efisiensi dalam pembelajaran yang dilangsungkan
di kelas meski belum semua guru menguasai teori belakar dengan baik, ada
beberapa teori pembelajaran antara lain:
1)
teori belajar disiplin mental;
2)
teori belajar behavioristik;
3)
teori belajar kognitif;
4)
teori belajar humanistik;
5)
teori belajar kultural; dan
6)
teori belajar andragogik.
Teori-teori belajar tersebut memiliki
karakteristik, kelebihan, dan kelemahan masing-masing. Aplikasi teori belajar
di lembaga pendidikan, dalam hal ini di sekolah, harus disesuaikan dengan
aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Aspek-aspek tersebut seperti; usia peserta didik, karakteristik peserta didik,
materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, kebutuhan khusus, setting atau
lingkungan belajar, dan lain sebagainya. Berangkat dari berbagai permasalahan
yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran maka penulis melakukan pengamatan/
observasi mengenai implikasi pembelajaran di Sekolaha Dasar Negeri 1 Kepil
Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo Tahun 2012 Semester 1 Tahun Pelajaran
2012/2013
B. Tujuan Observasi
Observasi
dilakukan melalui pengamatan pada saat guru melaksanakan KBM,. kegiatan
observasi ini bertujuan untuk melakukan pengamatan implementasi pembelajaran
IPS di Sekolah Dasar Negeri 1 Kepil Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo Tahun
2012 Smester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil
pengamatan didiskripsikan untuk dianalisis terkait dengan kegiatan pembelajaran
serta permasalahan yang muncul.
C. Ruang Lingkup Kegiatan Observasi
Observer melakukan
pengamatan dengan membaur pada saat kegiatan pembelajaran sedang metode yang
digunakan dalam observasi penggabungan antara non partisipate observation dan
Partisipate observation dimana observer tidak terlibat secara langsung
dalam pembelajaran namun pada saat tertentu masuk dalam kegiatan pembelajaran
untuk memperoleh data yang dibutuhkan, kedudukan observer dalam kegiatan
pembelajaran adalah melakukan pengamatan secara detail terhadap aktifitas guru
dan siswa serta mencatat hal-hal yang terkait dengan hasil pemgamatan. Keterlibatan observer dalam kegiatan pembelajaran dilakukan seminimal mungkin
agar tidak mempengaruhi arah proses pembelajaran yang mengacu pada teori
belajar tententu. Untuk melengkapi hasil pengamatan yang belum tercaver selama
pembelajaran berlangsung observer mengajukan pertanyaan setelah kegiatan
pembelajaran selesai baik kepada guru maupun siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pelaksanaan Observasi
Kegiatan
observasi di Sekolah Dasar Negeri 1 Kepil Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo
Tahun 2012 dilaksan secara kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori
Pembelajaran IPS.Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi
langsung atau dengan pengamatan langsung yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata
tanpa ada pertolongan alat standar lain. Dalam melakukan observasi perlu
memperhatikan criteria-kriteria yang ada sehingga data yang diperoleh/ dicatat
sebagai bahan analisis benar-benar valid dan akuntabel, pengamatan baru
tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut memiliki
kriteria sebagai berikut:
1. Pengamatan di gunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara
1. Pengamatan di gunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara
sistematik;
2. Pengamatan harus
berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan;
3. Pengamatan tersebut
dicatat secara sistematis dan dihubungkan secara proporsi umum dan bukan
dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatiansaja;
4. Pengamatan dapat
dicek dan di kontrol atas validitas dan reabilitasnya;
Untuk
memperoleh gambaran nyata dari kegitan
pembelajaran maka pendekatan/konteks dengan sumber data perlu dilakuakan, baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan pencatatan atau perekaman
segala aspek dalam proses pembelajaran. Berikut adalah pelaksanaan observasi
yang dilakukan oleh kelompok observer:
1.
Tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan
observasi.
a.
Tempat observasi : Sekolah
Dasar Negeri 1 Kepil Kecamatan Kepil
Kabupaten Wonosobo
b.
Kelas : V (lima)
c.
Hari/Tanggal : Selasa/Tanggal 19 Nopember 2012
d.
Waktu : Pukul 7.00 – 9.20 ( jam ke 1&2)
e.
Mata Pelajaran :
Ilmu Pengetahuan Sosial
f.
Guru pengampu :
Turini S.Pd
Observer secara
khusus melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar
Negeri 1 Kepil Kecamatan Kepil,
Kabupaten Wonosobo , untuk melengkapi data pengamatan observer melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan serta siswa untuk menggali data perihal pembelajran IPS di sekolah
tersebut meliputiantara lain mengenai :
a. Kurikulum
Secara umum kurikulum yang dipakai disekolah
masih menggunakan copy paste dari BNSP sehingga tidak ada pengembangan sama
sekali hal ini sangat merugikan sebab indicator yang seharusnya dapat
dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah namun pada kenyataanya
hal itu tidak dilakukan sehingga kegiatan pembelajaran terkesan memaksakan
sehingga hasilnya tidak dapat maksimal.
KTSP merupakan
konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah,
dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisien pendidikan agar dapat
memodifikasikan keinginan masyarakat dan menjalin kerja sama yang erat antara
sekolah, masyarakat, industry dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta
didik. KTSP member peluang kepada Kepala Sekolah, guru dan peserta didik untuk
melakukan inovasi dan improvisasi disekolah berkaitan dengan masalah kurikulum,
pembelajaran, manajerial yang muncul dari aktivitas, kreativitas,
profesionalisme yang dimiliki. Dengan otonomi sekolah diharapkan dapat
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif sehingga sekolah dituntut
memiliki tanggung jawab yang tinggi baik kepada orang tua, masyarakat maupun
pemerintah. KTSP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai
keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang
digariskan dalam haluan Negara. Namun pelaksanaan KTSP mata pelajaran IPS yang diberlakukan
sejak tahun 2006 menimbulkan berbagai permasalahan di lapangan. Masalah-masalah
tersebut adalah: Pelaksanaan Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan sebutan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat beberapa hal yang patut
dicermati yaitu :
Pelaksanaan
KTSP di sekolah-sekolah terdapat keragaman, khususnya keragaman dalam
pelaksanaan di setiap jenjang. Berbagai kendala dalam pelaksanaan KTSP belum
semuanya bisa melaksanaan terkait dengan masalah pemahaman KTSP maupun tenaga
kependidikan yang kurang menguasai hal
tersebut
b.
RPP
Belum semua
guru dalam melakukan tugas mengajar malakukan persiapan secara maksimal
terutama dalam penulisan RPP, sebagian besar masih menggunakan RPP cetakan
sehingga ada kejanggalan antara
Kurikulum dan RPP yang digunakan kadang tidak sama,kurangnya persiapan dalam
mengajar karna belum semua guru menguasai penulisan RPP secara benar. Tuntutan KTSP yang harus memperlihatkan situasi dan kondisi sekolah
atau daerah semestinya menjadi bahan dalam materi pelajaran. Hal ini terjadi
dikarenakan perumusan indikator dan tujuan belum dirumuskan sendiri oleh guru.
Ada kecenderungan, guru-guru membuat indikator mengcopy dari buku teks. Selain
itu guru harus bisa membedakan rumusan indikator dan tujuan, sehingga tidak
rancu dalam merumuskan silabus dan RPP.
c.
Proses pembelajaran
Aktivitas
pembelajaran kurang variatip metode yang digunakan rata-rata metode ceramah,
diskusi ada kecenderungan bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran hafalan.
pemahaman seperti ini berakibat pada pembelajaran yang lebih menekankan pada
verbalisme. Guru dalam menerapkan metode pembelajaran lebih menekankan pada
metode yang lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Perlunya
inovasi dan kreatifitas pembelajaran dari guru agar metode pembelajaran yang
dilakukan hendaknya yang menuntut berbagai jenjang kemampuan siswa. Jenjang
kemampuan siswa yang dituntut tidak hanya pada level yang rendah (menghafal).
Berbagai keterampilan berpikir dapat dikembangkan, berpikir kritis, melakukan penelitian
atau opserfasi, sehingga aspek kognitif, afektif dan psyikomotorik dapat
berkembang.
d.
Sarana Pembelajaran
Sarana pembelajaran sangat penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran IPS. Pada umumnya sarana
untuk mendukung pembelajaran IPS masih sangat minim kalau toh ada tinggkat
pemanfaatanya masih relative rendah, guru masih kurang maksimal dalam memanfaatkan alat peraga yang ada, alat
peraga sangat penting untuk membantu keberhasilan proses KBM karena dengan adanya sarana
pembelajaran yang baik maka pembelajaran IPS
dapat melihat realitas kehidupan sehari-hari yang merupakan suatu
fenomena social agar pelajaran IPS tidak lagi dipahami sebagai mata pelajaran
hafalan. Untuk memecahkan masalah –masalah yang berkaitan dengan pembelajaran
maka sebaiknya guru dapat menggunakan
sarana pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar. Maka model pembelajaran
yang digunakan oleh guru lebih melihat kepada apa yang dapat dilihat langsung
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Model seperti ini dikenal dengan
istilah Contextual Teaching Learning (CTL).
B. Hasil observasi
Setelah dilakukan pengamatan secara detail dan
didukung data empiris yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala
sekolah, guru dan siswa maka observer mencatat data sebagai berikut:
1.
Kurikulum
Dalam
penjabaran dan implementasi kurikulum masih banyak ditemui permasalahan antara
lain
a)
Belum terpenuhinya 8 standar pendidikan
b)
Sosialisasi
KTSP belum merata
c)
Guru masih
berorientasi pada buku teks, tidak mengacu pada dokumen Kurikulu Kurikulum
2.
RPP
Dalam
pelaksanaan pembelajaran belum semua guru menyiapkan RPP dengan baik, untuk
kegiatan KBM menggunakan RPP cetakan sehingga proses pembelajaran menjadi
kurang berkembang dan hasilnya kurang maksimal.
3.
Proses pembelajaran
a.
Kegiatan Awal
1)
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
2)
Presensi Kehadira siswa
3)
Bertanya jawab tentang materi pertemuan
sebelumnya.
b.
Kegiatan Inti
a)
Penyampaian materi oleh guru
b)
Tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami
c)
Mengerjakan soal yang ada dalam LKS
c.
Kegiatan Akhir
a)
Kesimpulan
b)
Menyimak informasi materi pertemuan yang akan
datang.
c)
Menutup pelajaran dengan doa dan salam.
d.
Metode
Metode yang
diterapkan guru adalah ceramah,dan tanya jawab.Guru memilih metode dengan menyesuaikan
materi yang diajarkan. Dengan metode yang diterapkan oleh guru diharapkan siswa
dapat menerima dan mengerti tentang materi yang diajarkan.
e.
Media
Dalam proses
kegiatan belajar mengajar guru menggunakan buku paket,buku LKS,dan alat peraga
yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Misalnya alat peraga yang
digunakan guru dalam pembelajaran dengan tema ketertiban yaitu gambar – gambar
rambu – rambu lalu lintas dan lain- lain. Alat peraga tersebut membantu guru
dalam mengenalkan berbagai symbol rambu – rambu lalu lintas pada siswa.
f.
Penanaman Nilai
Nilai – nilai
yang ditanamkan melalui pembelajaran IPS adalah
a)
Keberanian mengeluarkan pendapat/fikiran
b)
Menghargai pendapat orang lain
c)
Kejujuran
Setiap melakukan proses belajar mengajar, guru
selalu memberikan berbagai nilai – nilai moral kepada siswanya walaupun secara
tersirat.Dengan adanya penanaman nilai moral yang dilakukan guru, diharapkan
siswa dapat menjadi warga negara yang memiliki moral yang baik,berakhlak mulia
dan berguna bagi bangsanya.
g.
Sikap Guru dalam Penyampaian Materi
Dalam
menyampaikan materi IPS guru berbicara dengan suara yang teratur,maksudnya
adakalanya guru berbicara dengan keras tetapi terkadang guru mengecilkan volume
suaranya dengan maksud agar siswa mencoba memperhatikan apa yang sedang di
ucapkan oleh gurunya.. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar tersebut
beberapa siswa ada yang aktif, tetapi ada juga siswa yang pasif hanya
mendengarkan penjelasan dari guru saja.Dalam hal ini tanpa mencoba menilai
penampilan guru,tetapi hanya mengamati saja terlihat kemampuan guru dalam
menguasai materi sudah sangat fasih dalam menjelaskan materi,walaupun dalam
penguasaan kelas agak kurang maksimal.
h.
Kesulitan dalam Menyampaikan Materi IPS
Dari wawancara
yang kami lakukan,banyak guru kelas yang merasa kesulitan dalam mengajar materi
IPS karena ada beberapa faktor,misalnya:
a)
Kurangnya buku paket IPS dan alat pendukung
pembelajaran
b)
Sering berubahnya materi IPS sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
c)
Mencari metode pengajaran yang bervariasi
sehingga siswa tidak mudah bosan pada saat berlangsungnya proses kegiatan
belajar mengajar IPS
d)
Guru belum begitu menguasai pembuatan RPP.
i.
Buku Ajar
Guru menggunakan buku ajar yang sudah sesuai
dengan kurikulum yang berlaku (KTSP). Guru menggunakan buku paket BSE yang
berjudul Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V. Buku tersebut didapat dari bantuan
BOS sekolah. Setiap proses belajar mengajar, siswa mendapat buku paket setiap
dua orang siswa mendapat satu buku, tapi buku paket tersebut harus dikembalikan
setelah pelajaran selesai. Selain itu, guru memiliki buku pendukung seperti
LKS. Guru menganjurkan setiap siswa memiliki LKS tersebut. Dalam pengamatan
observer selama kegiatan KBM pembelajaran berjalan lancar, namun terkesan
monoton hal ini disebabnkan inovasi dan kreativitas guru kurang berkembang ini
dampak dari penggunaan RPP yang bukan buatan
sendiri sehingga alur pembelajaran menjadi kurang berkembang.
j.
Sarana
Pembelajaran
Pada dasarnya di setiap sekolah telah memiliki sarana pembelajaran
yang memadai namun belum semua guru mau memanfaatkan alat-alat peraga yang
telah ada, alat peraga sebagai sarana
penunjang keberhasilan KBM kurang difungsikan dengan baik.
C.
Analisa
Aplikasi Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran
Dari catatan-catatan yang telah kami peroleh maka
dapat kami analisa bahwa teori belajar yang diterapkan dalam pembelajaran
antara lain :
a)
Teori
belajar kognitif
Pada saat kegiatan pembelajarn guru
menggunakan alat peraga yang sesui dengan materi yang ajarkan. Guru tersebut
telah memahami bahwa peserta didik usia 7 – 11 tahun masih berada pada tahap
taraf berfikir operasional kongkrit, yang artinya bahwa peserta didik tersebut
dapat memahami sebuah konsep dengan bantuan benda nyata. Teori belajar yang
memahami bahwa belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama
unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar
adalah teori belajar kognitif.
b)
Teori
belajar disiplin mental
Pada kegiatan inti guru melakukan tanya
jawab terhadap materi yang telah dibahas. Guru mencoba memperbanyak latihan
soal agar peserta didik dapat menguasai materi yang telah dipelajari. Metode
yang diterapkan guru tersebut sesuai dengan teori belajar disiplin mental yaitu
teori pembelajaran yang berasumsi bahwa otak manusia perlu senantiasa dilatih
secara terus menerus dengan cara memberikan materi secara terus-menerus.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aplikasi
teori-teori belajar bertujuan untuk mencapai keberhasilan, efektivitas, dan
efisiensi dalam pembelajaran yang dilangsungkan di kelas. Kenyataan bahwa
pemahaman mengenai teori-teori belajar di kalangan peserta didik memang masih
menjadi hal yang belum umum dalam penyelenggaraan pembelajaran di
sekolah-sekolah, tidak berarti bahwa selama ini praktek pembelajaran tidak
tercakup dalam teori-teori belajar. Sebenarnya pendidik telah mengaplikasikan
teori-teori belajar dalam pembelajaran yang diampunya.
B.
Saran
Agar
proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
pendidik dapat menggunakan teori belajar sesuai dengan karakteristik siswa.
Sehingga mampu menumbuhkan respon dari setiap individu agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, membantu mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik serta membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada pada diri mereka.
0 komentar:
Posting Komentar