Kamis, 29 November 2012

Laporan Observasi

-->
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Soaial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang disiplin ilmu sosial seperti misalnya : sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi/antropologi dan sebagainya. Disiplin ilmu tersebut mempunyai keterpaduan yang tinggi karena geografi memberikan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sejarah memberikan wawasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, ekonomi memberikan wawasan tentang berbagai macam kebutuhan manusia dan sosiologi/antropologi memberikan wawasan yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur social dan sebagainya
Untuk mengetahui sejauhmana implementasi kurikulum KTSP IPS di tingkat sekolah dasar maka perlu observasi atau pengamatan untuk pengumpulan data/fakta empiris sebagai penguatan dalam analisa suatu sistem. Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan.Oleh karena pembelajaran IPS Terpadu merupakan gabungan antara berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, yang biasanya terdiri atas beberapa mata pelajaran seperti Geografi Sosiologi/Antropologi, Ekonomi, dan Sejarah, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. implikasi guru yang mengajar di kelas harus mampu menguasai dan mengintegrasikan seluruh ilmu-ilmu sosial tersebut melalui teori-teori belajar. Aplikasi teori-teori belajar bertujuan untuk mencapai keberhasilan, efektivitas, dan efisiensi dalam pembelajaran yang dilangsungkan di kelas meski belum semua guru menguasai teori belakar dengan baik, ada beberapa teori pembelajaran antara lain:
1)      teori belajar disiplin mental;
2)      teori belajar behavioristik;
3)      teori belajar kognitif;
4)      teori belajar humanistik;
5)      teori belajar kultural; dan
6)      teori belajar andragogik.
 Teori-teori belajar tersebut memiliki karakteristik, kelebihan, dan kelemahan masing-masing. Aplikasi teori belajar di lembaga pendidikan, dalam hal ini di sekolah, harus disesuaikan dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Aspek-aspek tersebut seperti; usia peserta didik, karakteristik peserta didik, materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, kebutuhan khusus, setting atau lingkungan belajar, dan lain sebagainya. Berangkat dari berbagai permasalahan yang ada dalam pelaksanaan pembelajaran maka penulis melakukan pengamatan/ observasi mengenai implikasi pembelajaran di Sekolaha Dasar Negeri 1 Kepil Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo Tahun 2012 Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013
B.        Tujuan Observasi
Observasi dilakukan melalui pengamatan pada saat guru melaksanakan KBM,. kegiatan observasi ini bertujuan untuk melakukan pengamatan implementasi pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri 1 Kepil Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo Tahun 2012 Smester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.          Hasil pengamatan didiskripsikan untuk dianalisis terkait dengan kegiatan pembelajaran serta permasalahan yang muncul.
C.        Ruang Lingkup Kegiatan Observasi
Observer melakukan pengamatan dengan membaur pada saat kegiatan pembelajaran sedang metode yang digunakan dalam observasi penggabungan antara non partisipate observation dan  Partisipate observation dimana observer tidak terlibat secara langsung dalam pembelajaran namun pada saat tertentu masuk dalam kegiatan pembelajaran untuk memperoleh data yang dibutuhkan, kedudukan observer dalam kegiatan pembelajaran adalah melakukan pengamatan secara detail terhadap aktifitas guru dan siswa serta mencatat hal-hal yang terkait dengan hasil pemgamatan. Keterlibatan observer dalam kegiatan pembelajaran dilakukan seminimal mungkin agar tidak mempengaruhi arah proses pembelajaran yang mengacu pada teori belajar tententu. Untuk melengkapi hasil pengamatan yang belum tercaver selama pembelajaran berlangsung observer mengajukan pertanyaan setelah kegiatan pembelajaran selesai baik kepada guru maupun siswa.




















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pelaksanaan Observasi
Kegiatan observasi di Sekolah Dasar Negeri 1 Kepil Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo Tahun 2012  dilaksan secara kelompok  untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Pembelajaran IPS.Pengumpulan data dilakukan  melalui observasi langsung atau dengan pengamatan langsung yaitu  cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain. Dalam melakukan observasi perlu memperhatikan criteria-kriteria yang ada sehingga data yang diperoleh/ dicatat sebagai bahan analisis benar-benar valid dan akuntabel, pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut memiliki kriteria sebagai berikut:

1.         Pengamatan di gunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara
                                    sistematik;
2.         Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan;
3.         Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan secara proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatiansaja;
4.         Pengamatan dapat dicek dan di kontrol atas validitas dan reabilitasnya;

Untuk memperoleh gambaran nyata  dari kegitan pembelajaran maka pendekatan/konteks dengan sumber data perlu dilakuakan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan pencatatan atau perekaman segala aspek dalam proses pembelajaran. Berikut adalah pelaksanaan observasi yang dilakukan oleh kelompok observer:

1.      Tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan observasi.
a.       Tempat observasi          :           Sekolah Dasar Negeri 1 Kepil Kecamatan Kepil
             Kabupaten Wonosobo
b.      Kelas                             :           V (lima)
c.       Hari/Tanggal                 :           Selasa/Tanggal 19 Nopember 2012
d.      Waktu                           :           Pukul 7.00 – 9.20 ( jam ke 1&2)
e.       Mata Pelajaran              :           Ilmu Pengetahuan Sosial
f.       Guru pengampu            :           Turini S.Pd

Observer secara khusus melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Kepil Kecamatan Kepil,  Kabupaten Wonosobo , untuk  melengkapi data pengamatan observer  melakukan  wawancara kepada kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan serta siswa untuk menggali data perihal pembelajran IPS di sekolah tersebut meliputiantara lain mengenai :


a.      Kurikulum
Secara umum kurikulum yang dipakai disekolah masih menggunakan copy paste dari BNSP sehingga tidak ada pengembangan sama sekali hal ini sangat merugikan sebab indicator yang seharusnya dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah namun pada kenyataanya hal itu tidak dilakukan sehingga kegiatan pembelajaran terkesan memaksakan sehingga hasilnya tidak dapat maksimal.
KTSP merupakan konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah, dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisien pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan masyarakat dan menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, industry dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. KTSP member peluang kepada Kepala Sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi disekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial yang muncul dari aktivitas, kreativitas, profesionalisme yang dimiliki. Dengan otonomi sekolah diharapkan dapat melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif sehingga sekolah dituntut memiliki tanggung jawab yang tinggi baik kepada orang tua, masyarakat maupun pemerintah. KTSP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan Negara. Namun pelaksanaan KTSP mata pelajaran IPS yang diberlakukan sejak tahun 2006 menimbulkan berbagai permasalahan di lapangan. Masalah-masalah tersebut adalah: Pelaksanaan Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat beberapa hal yang patut dicermati yaitu :
Pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah terdapat keragaman, khususnya keragaman dalam pelaksanaan di setiap jenjang. Berbagai kendala dalam pelaksanaan KTSP belum semuanya bisa melaksanaan terkait dengan masalah pemahaman KTSP maupun tenaga kependidikan  yang kurang menguasai hal tersebut

b.       RPP
Belum semua guru dalam melakukan tugas mengajar malakukan persiapan secara maksimal terutama dalam penulisan RPP, sebagian besar masih menggunakan RPP cetakan sehingga  ada kejanggalan antara Kurikulum dan RPP yang digunakan kadang tidak sama,kurangnya persiapan dalam mengajar karna belum semua guru menguasai penulisan RPP secara benar. Tuntutan KTSP yang harus memperlihatkan situasi dan kondisi sekolah atau daerah semestinya menjadi bahan dalam materi pelajaran. Hal ini terjadi dikarenakan perumusan indikator dan tujuan belum dirumuskan sendiri oleh guru. Ada kecenderungan, guru-guru membuat indikator mengcopy dari buku teks. Selain itu guru harus bisa membedakan rumusan indikator dan tujuan, sehingga tidak rancu dalam merumuskan silabus dan RPP.

c.       Proses pembelajaran
Aktivitas pembelajaran kurang variatip metode yang digunakan rata-rata metode ceramah, diskusi ada kecenderungan bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran hafalan. pemahaman seperti ini berakibat pada pembelajaran yang lebih menekankan pada verbalisme. Guru dalam menerapkan metode pembelajaran lebih menekankan pada metode yang lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Perlunya inovasi dan kreatifitas pembelajaran dari guru agar metode pembelajaran yang dilakukan hendaknya yang menuntut berbagai jenjang kemampuan siswa. Jenjang kemampuan siswa yang dituntut tidak hanya pada level yang rendah (menghafal). Berbagai keterampilan berpikir dapat dikembangkan, berpikir kritis, melakukan penelitian atau opserfasi, sehingga aspek kognitif, afektif dan psyikomotorik dapat berkembang.

d.       Sarana Pembelajaran
Sarana pembelajaran sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran  IPS. Pada umumnya sarana untuk mendukung pembelajaran IPS masih sangat minim kalau toh ada tinggkat pemanfaatanya masih relative rendah, guru masih kurang maksimal dalam  memanfaatkan alat peraga yang ada, alat peraga sangat penting untuk membantu keberhasilan  proses KBM karena dengan adanya sarana pembelajaran yang baik maka pembelajaran IPS   dapat melihat realitas kehidupan sehari-hari yang merupakan suatu fenomena social agar pelajaran IPS tidak lagi dipahami sebagai mata pelajaran hafalan. Untuk memecahkan masalah –masalah yang berkaitan dengan pembelajaran maka sebaiknya guru dapat  menggunakan sarana pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar. Maka model pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih melihat kepada apa yang dapat dilihat langsung oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Model seperti ini dikenal dengan istilah Contextual Teaching Learning (CTL).
B.        Hasil observasi
Setelah dilakukan pengamatan secara detail dan didukung data empiris yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa maka observer mencatat data sebagai berikut:
1.      Kurikulum
Dalam penjabaran dan implementasi kurikulum masih banyak ditemui permasalahan antara lain
a)      Belum terpenuhinya 8 standar pendidikan
b)      Sosialisasi KTSP belum merata           
c)      Guru masih berorientasi pada buku teks, tidak mengacu pada dokumen Kurikulu Kurikulum

2.      RPP
Dalam pelaksanaan pembelajaran belum semua guru menyiapkan RPP dengan baik, untuk kegiatan KBM menggunakan RPP cetakan sehingga proses pembelajaran menjadi kurang berkembang dan hasilnya kurang maksimal.

3.      Proses pembelajaran
a.      Kegiatan Awal
1)      Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
2)      Presensi Kehadira siswa
3)      Bertanya jawab tentang materi pertemuan sebelumnya.
b.      Kegiatan Inti
a)      Penyampaian materi oleh guru
b)      Tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami
c)      Mengerjakan soal yang ada dalam LKS
c.       Kegiatan Akhir
a)      Kesimpulan
b)      Menyimak informasi materi pertemuan yang akan datang.
c)      Menutup pelajaran dengan doa dan salam.

d.      Metode
Metode yang diterapkan guru adalah ceramah,dan tanya jawab.Guru memilih metode dengan menyesuaikan materi yang diajarkan. Dengan metode yang diterapkan oleh guru diharapkan siswa dapat menerima dan mengerti tentang materi yang diajarkan.

e.       Media
Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru menggunakan buku paket,buku LKS,dan alat peraga yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Misalnya alat peraga yang digunakan guru dalam pembelajaran dengan tema ketertiban yaitu gambar – gambar rambu – rambu lalu lintas dan lain- lain. Alat peraga tersebut membantu guru dalam mengenalkan berbagai symbol rambu – rambu lalu lintas pada siswa.

f.       Penanaman Nilai
Nilai – nilai yang ditanamkan melalui pembelajaran IPS adalah
a)      Keberanian mengeluarkan pendapat/fikiran
b)      Menghargai pendapat orang lain
c)      Kejujuran
Setiap melakukan proses belajar mengajar, guru selalu memberikan berbagai nilai – nilai moral kepada siswanya walaupun secara tersirat.Dengan adanya penanaman nilai moral yang dilakukan guru, diharapkan siswa dapat menjadi warga negara yang memiliki moral yang baik,berakhlak mulia dan berguna bagi bangsanya.

g.      Sikap Guru dalam Penyampaian Materi
Dalam menyampaikan materi IPS guru berbicara dengan suara yang teratur,maksudnya adakalanya guru berbicara dengan keras tetapi terkadang guru mengecilkan volume suaranya dengan maksud agar siswa mencoba memperhatikan apa yang sedang di ucapkan oleh gurunya.. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar tersebut beberapa siswa ada yang aktif, tetapi ada juga siswa yang pasif hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja.Dalam hal ini tanpa mencoba menilai penampilan guru,tetapi hanya mengamati saja terlihat kemampuan guru dalam menguasai materi sudah sangat fasih dalam menjelaskan materi,walaupun dalam penguasaan kelas agak kurang maksimal.

h.      Kesulitan dalam Menyampaikan Materi IPS
Dari wawancara yang kami lakukan,banyak guru kelas yang merasa kesulitan dalam mengajar materi IPS karena ada beberapa faktor,misalnya:
a)         Kurangnya buku paket IPS dan alat pendukung pembelajaran
b)        Sering berubahnya materi IPS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
c)         Mencari metode pengajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak mudah bosan pada saat berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar IPS
d)        Guru belum begitu menguasai pembuatan RPP.

i.        Buku Ajar
Guru menggunakan buku ajar yang sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP). Guru menggunakan buku paket BSE yang berjudul Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V. Buku tersebut didapat dari bantuan BOS sekolah. Setiap proses belajar mengajar, siswa mendapat buku paket setiap dua orang siswa mendapat satu buku, tapi buku paket tersebut harus dikembalikan setelah pelajaran selesai. Selain itu, guru memiliki buku pendukung seperti LKS. Guru menganjurkan setiap siswa memiliki LKS tersebut. Dalam pengamatan observer selama kegiatan KBM pembelajaran berjalan lancar, namun terkesan monoton hal ini disebabnkan inovasi dan kreativitas guru kurang berkembang ini dampak dari penggunaan RPP yang bukan buatan  sendiri sehingga alur pembelajaran menjadi kurang berkembang.



j.        Sarana Pembelajaran
Pada dasarnya di setiap sekolah telah memiliki sarana pembelajaran yang memadai namun belum semua guru mau memanfaatkan alat-alat peraga yang telah ada,  alat peraga sebagai sarana penunjang keberhasilan KBM kurang difungsikan dengan baik.

C.      Analisa Aplikasi Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran
Dari catatan-catatan yang telah kami peroleh maka dapat kami analisa bahwa teori belajar yang diterapkan dalam pembelajaran antara lain :
a)      Teori belajar kognitif
        Pada saat kegiatan pembelajarn guru menggunakan alat peraga yang sesui dengan materi yang ajarkan. Guru tersebut telah memahami bahwa peserta didik usia 7 – 11 tahun masih berada pada tahap taraf berfikir operasional kongkrit, yang artinya bahwa peserta didik tersebut dapat memahami sebuah konsep dengan bantuan benda nyata. Teori belajar yang memahami bahwa belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar adalah teori belajar kognitif.
b)     Teori belajar disiplin mental
        Pada kegiatan inti guru melakukan tanya jawab terhadap materi yang telah dibahas. Guru mencoba memperbanyak latihan soal agar peserta didik dapat menguasai materi yang telah dipelajari. Metode yang diterapkan guru tersebut sesuai dengan teori belajar disiplin mental yaitu teori pembelajaran yang berasumsi bahwa otak manusia perlu senantiasa dilatih secara terus menerus dengan cara memberikan materi secara terus-menerus.















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Aplikasi teori-teori belajar bertujuan untuk mencapai keberhasilan, efektivitas, dan efisiensi dalam pembelajaran yang dilangsungkan di kelas. Kenyataan bahwa pemahaman mengenai teori-teori belajar di kalangan peserta didik memang masih menjadi hal yang belum umum dalam penyelenggaraan pembelajaran di sekolah-sekolah, tidak berarti bahwa selama ini praktek pembelajaran tidak tercakup dalam teori-teori belajar. Sebenarnya pendidik telah mengaplikasikan teori-teori belajar dalam pembelajaran yang diampunya.

B.       Saran
Agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, pendidik dapat menggunakan teori belajar sesuai dengan karakteristik siswa. Sehingga mampu menumbuhkan respon dari setiap individu  agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, membantu mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik serta membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.